Kamis, 05 Maret 2009

God Spot

MENGHIDUPKAN GOD SPOT
Oleh: Herlan Firmansyah, S.Pd, M.Pd

Pada setiap orang disadari atau tidak, ada yang dinamakan dengan Titik Tuhan atau God Spot, Quraish Shihab dalam bukunya Menyingkap Tabir Illahi mendefinisikan God Spot sebagai insting keberagamaan dalam diri setiap insan atau noktah otak yang merespons ajaran moral keberagamaan, jika semua hal dipahami bahwa skenario hidup ada pada tangan Tuhan, maka manusia akan terhindar dari kekecewaan yang berlebihan. Sayangnya manusia sebagai tempatnya kesalahan, sering merasa dirinya sudah berkelebihan dalam hal kemampuan, sehingga diantaranya ada yang menutupi diri, bahkan tidak memikirkan pentingnya menjadi makhluk yang berkeyakinan akan adanya Tuhan dan karena Tuhan lah sebenarnya mereka bisa hidup.
Dalam dinamika kehidupan yang kita lewati dan saksikan, dewasa ini banyak bermunculan para tokoh agama alias ulama, kiyai, ajengan dan ustadz yang mencoba mengungkapkan keinginannya untuk membangkitkan nurani masyarakat dan mengembalikanya kepada fitrah Illahi yang memiliki insting keberagamaan, seperti munculnya Kyai Haji Abdullah Gymnastiar, yang sering disapa Aa Gym dengan mengolah Manajemen Qolbu atau sering dikenal MQ, banyak para jamaah tertarik dan mengikuti melalui pengajian setiap ba'da Subuh, hari Minggu siang, dan pengajian malam Jum'at. Jamaah datang dari berbagai daerah di Jawa barat, luar Jawa, bahkan dari mancanegara. Dalam perjalananya beliau juga mempelopori Gerakan Membangun Nurani Bangsa (Gema Nusa) yang dideklarasikan pada tanggal 12 September 2004 di Monumen Bandung Lautan Api oleh sembilan orang deklarator yang usianya 42 tahun kebawah, kesembilan deklarator tersebut adalah Aa Gym, Teh Nenih Mutmainnah, Anas Urbaningrum, Neno Warisman, Ineke Kusherawati, Sulis, Muhammad Safi'i Antonio, Apong Witono, Erik Tohir, Hari Tami dan Astri Ivo.
Kemudian, Ary Ginanjar sebagai pelopor, pengungkap dan pengolah kecerdasan yang dianugerahkan Allah Swt, seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual yang dikenal dengan istilah IESQ, banyak orang yang tertarik untuk ikut memperdalam konsep tersebut, mulai dari kalangan pengusaha besar, pemimpin BUMN, para Jenderal, atau calon Jenderal, tokoh berbagai agama, tokoh masyarakat, pendidik, karyawan, guru, mahasiswa dan ibu rumah tangga, bahkan para pengikutnya tersebar diseluruh pelosok tanah air dan mancanegara, pengikutnya tercatat sampai awal September 2004 tidak kurang dari empat puluh ribu lebih. Dengan konsep kecerdasan yang diungkap oleh beliau diharapkan dapat memberikan kiat sukses dalam menggapai hidup bahagia dunia dan akhirat.
Ustadz Haryono, adalah penggerak majelis dzikir dan pengobatan berbagai penyakit yang diderita para pasennya, para jamaah datang dari tanah air bahkan mancanegara. Setiap kegiatan majelis dzikir diikuti tidak kurang dari seratus lima puluh ribu jamaah. Mereka datang dengan ikhlas dan berharap kepada Allah Swt swt, para pengikut dzikir dianjurkan untuk berpakaian putih-putih. Saat berdzikir jamaah diajak untuk mentafakuri kehidupan yang telah dilaluinya sejak baligh sampai setua yang dialaminya. Dengan mengagungkan kemahabesaran Allah Swt para jamaah mengakui keagungan Allah Swt, dan merasakan dirinya yang kecil dan tidak bermakna apa-apa di hadapan Tuhannya, sehingga kesombongan yang menjadi kebanggaan dan lupa diri, diikuti dengan tobat dan penyesalan yang sedalam-dalamnya, isakan tangis dan deraian air mata tak bisa di tahan dari setiap jamaah.
Ustadz Arifin Ilham, adalah ustadz yang mempunyai ciri suara yang khas, serak-serak basah, dan melantunkan kalimat-kalimat toyyibah, dzikir, tasbih, tahmid, takbir dan tahlil juga diawali dengan tausiyah, ajakan untuk mengagungkan asma Allah Swt. Para jamaah yang hadir dari berbagai pelosok tanah air dan tamu mancanegara tidak kurang dari lima puluh ribu jamaah. Bersama-sama mereka hadir dengan penuh keikhlasan dan harapan optimis untuk mendapat ampunan dan anugerah Allah Swt. Selesai pengajian dzikir biasanya para jamaah diminta pendapat sekaitan dengan kegiatan ini. Pada umumnya mereka menjawab dengan jawaban yang ikhlas penuh harap, bahwa dengan dzikir itu melahirkan ketenangan batin dan meyakini kemaha besaran Allah Swt. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Al Quran surat Al Hajj (22):34-35. "Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah Swt, yaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah Swt, gemetarlah hati mereka".
Masih banyak lagi pengalaman cara membangunkan hati nurani dalam rangka menghidupkan God Spot, yang dilakukan oleh para ulama yang telah membawa kesadaran akan makna hidup di dunia yang fana ini. Kebanyakan manusia hanya sekedar mencari kebutuhan hidup di dunia, mereka merasa apa yang didapatnya merupakan hasil tangannya semata, dan puas sehingga dia lupa kepada yang menggerakan, menghidupkan, dan menjadikannya berhasil. Inilah pandangan yang menjadi sebab sulitnya kita bahkan Indonesia berubah dari krisis ekonomi, moral, politik, dan kepercayaan, yang hanya dihiasi dengan ketakaburan, kesombongan, riya, lupa diri, asal senang walaupun hanya dengan barang-barang yang haram, dengan korupsi, kolusi dan berjudi.
Keprihatinan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini, bahkan yang paling sangat berbahaya bagi bangsa, adalah hilangnya kepekaan dan kepedulian di masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh maraknya kemaksiatan di berbagai kalangan atau lapisan masyarakat, dan hilangnya perasaan malu dan berdosa dalam berbuat maksiat, kemaksiatan seolah tidak dianggap sebagai perbuatan maksiat lagi. Masyarakat sudah tidak peduli lagi dengan lingkungannya, sebagian besar hanya peduli dengan dirinya sendiri, hal tersebut menunjukan redupnya cahaya hati nurani mereka atau tumpulnya insting keberagamaan. Akhirnya mari kita mulai dari diri kita untuk mengembalikan segala prilaku hidup kita kepada fitrah Illahi, kepada jalan hidup yang telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa, Semoga kita semua di beri hidayah untuk mewujudkannya secara istiqomah. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar