Selasa, 17 Februari 2009

Ghazwul Fikr

Ghazwul Fikr Ekonomi: Invasi Ekonomi Kapitalisme terhadap Ummat
Oleh: Herlan Firmansyah, S.Pd, M.Pd


Dewasa ini, nilai-nilai kapitalisme sudah meneretas ke dalam tatanan kehidupan ummat muslim. Jika direnungkan, tidak sedikit ummat muslim yang aqidah-nya islam sedangkan syariah-nya lebih berkiblat kepada nilai-nilai kapitalisme. Memisahkan agama dengan kehidupan, menjadikan materi dan jabatan sebagai indikator kemuliaan seseorang (materialistic), senang dengan gaya hidup hedonisme, individualisme, senang jika orang lain susah dan susah jika orang lain senang, menghalalkan segala cara demi harta, memandang harta yang ia miliki sebagai hak mutlak dirinya, menendang teman demi kesuksesan individu dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan derivasi dari “syariah” kapitalisme dan kini hal tersebut sudah merasuki jiwa sebagian ummat muslim di negeri ini.
Dengan segala upaya yang dilancarkannya, dunia barat (baca:yahudi) memang menghendaki ummat muslim untuk jauh dari ajarannya dan ekonomi merupakan isntrumen strategis yang digunakan barat untuk membawa ummat ke dalam praktek-praktek kehidupan yang jauh dari islam. Baik dalam tataran ekonomi makro maupun mikro, ummat muslim kini lebih mengetahui dan memahami praktek-praktek ekonomi kapitalis, hal ini wajar karena sistem yang berlaku dan ia jalani sehari-hari lebih menggiring ummat kepada praktek-praktek ekonomi kapitalis.
Kapitalisme atau liberalisme sudah lama menjadi produk dari ghazwul fikr ekonomi yang dilancarkan barat terhadap masyarakat muslim. Para ekonom negeri ini yang memegang amanah dalam menjalankan sistem perekonomian bangsa, cenderung lebih memahami dan mengarakan sistem ekonomi kepada sistem kapitalis, rontoknya ekonomi amerika yang berdampak langsung terhadap ekonomi Indonesia menjadi salah satu indikator bahwa selama ini makro ekonomi Indonesia lebih cenderung kepada kapitalisme, walaupun secara teoretis katanya ekonomi kerakyatan/demokrasi ekonomi. Oleh karenanya, pemahaman ummat terhadap ghazwul fikr ekonomi ini sangat penting agar lebih berhati-hati dan bisa memegang teguh nilai-nilai syariah yang menjadi prinsip aqidah islam serta bisa menyadari bahwa Islam sesungguhnya memiliki sistem ekonomi yang lebih berkeadilan, dialah sistem ekonomi islam atau sistem ekonomi syariah.
Pengertian ghazwul fikr dapat dilihat dari segi bahasa dan segi istilah. Ghazwul secara bahasa artinya serangan, serbuan, invasi, sedangkan fikr adalah pemikiran. Sedangkan secara istilah ghazwul fikr artinya penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami.
Mengapa kita harus memahami ghazwul fikr? karena ghazwul fikr itu sangat penting bagi kita supaya dapat lebih mengenal musuh Islam, mengenal sarana-sarana yang dapat memukul Islam,mengenal keadaan alam Islam, menghindari keraguan dalam Islam, menjadikan dakwah kepada Allah dengan melihat ayat-ayat-Nya. Adapun sasaran dari ghazwul fikr itu sendiri antara lain menjauhkan umat Islam dari dien-nya, berusaha memasukkan orang yang kosong keislamannya kedalam agama kafir, dan memadamkan cahaya Allah.
Penyebaran ajaran-ajaran kapitalisme, liberalisme, sekularisme dan ajaran turunannya menjadi salah satu metode yang dilancarkan para pegiatan Ghazwul Fikr ekonomi barat. Implikasinya diwujudkan melalaui berbagai sarana, yang dikenal dengan 3F dan 5S, dimana 3F itu terdiri dari Food (makanan), Fun (Hiburan), Fashion (Cara berpakaian). Sedangkan 5S terdiri dari Song (lagu), Sex, Sport (olahraga), Shopping (berbelanja/konsumerisme), dan science (ilmu pengetahuan).
Jika proses ghazwul fikr ekonomi kapitalis ini dibiarkan, maka dapat menyebabkan berbagai hal antara lain, 1) Umat Islam menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah. 2) umat Islam menjadi minder dan rendah diri, mereka lebih bangga dengan produk-produk luar yang merupakan produk dari kapitalisme, 3) umat Islam menjadi ikut-ikutan terhadap budaya orang kafir, seperti gaya hidup materialisme, pragmantisme, dan hedonisme, 4) umat Islam menjadi tepecah belah, lebih mementingkan diri sendiri (individualisme) dan menganggap saudara sebagai rival sejati. Oleh karenya, mari kita memerangi ghazwul fikr ekonomi dengan mempelajari, memahami dan mempraktekkan ekonomi yang lebih berkeadilan (baca: ekonomi syariah), serta berkomitem dan istiqomah untuk memperjuangkan tegaknya nilai-nilai ekonomi syariah dalam prakek.Be careful!
Penulis: Dosen Islamic Banking School(IBS) Bandung dan Universitas Suryakencana (UNSUR) Cianjur, serta Guru di MAN Cianjur

4 komentar:

  1. Sejatinya, sekarang orang-orang islam harus mulai diingatkan mengenai pentingnya makna kalimat syahadat yang mereka ucapkan, dan yang membuat mereka mengaku bahwa dirinya memang orang islam. tidak hanya diucapkan secara lisan, tetapi dua kalimat itu mengandung arti sangat mendalam. Dan apabila orang-orang islam tau akan makna dari sumpah yang mereka katakan maka hilanglah semua masalah yang sedang menerpa seperti sekarang ini

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus