Selasa, 24 Februari 2009

Hikmah Musibah Nasional

Dari Terorisme, Budaya KKN Hingga Tsunami
(Sebuah Catatan Kecil dalam Menginsafi Hikmah Musibah)
DR. Sofyan Sauri, M.Pd (Dosen UPI Bandung)

Pasca hancurnya gedung kembar di Amerika Serikat pada tanggal 11 Oktober 2002, Indonesia telah menjadi salah satu Negara yang menjadi bulan-bulanan istilah terorisme di mata Internasional (khususnya Amerika dan sekutunya), keyakinan mereka semakin kuat dengan banyakanya peristiwa pemboman yang salah satu puncaknya terjadi di Bali pada tanggal 12 September 2003 yang disusul dengan aksi-aksi ditempat lainya seperti di Hotel Marriot, Gedung Kedubes Australia, Gedung DPR sampai Mesjid Istiqlal dan beberapa tempat lainya, Jaringan Islamiyah yang disebut-sebut sebagai biang terjadinya aksi-aksi terorisme sampai sekarang masih belum kunjung “eces”.

Ditengah-tengah tuduhan dunia yang mengklaim Indonesia sebagai sarang terorisme, pandangan dunia seolah tidak pernah terelakan dari perjalanan Indonesia, dari mulai gelar peringkat negara yang tingkat Korupsi,Kolusi dan Nepotismenya (KKN) termasuk papan atas, kualitas SDM yang jauh tertinggal dari negara berkembang lainya (bahkan dibawah Vietnam), tingkat penderita HIV yang cukup banyak, peringkat negara yang tingkat perjudianya cukup tinggi sampai peristiwa kanibalisme Sumanto yang cukup menggemparkan Ibu Pertiwi bahkan dunia Internasional, lantas gelar dan peristiwa apa lagi yang akan disandang dan akan terjadi kepada kita dikemudian hari ?

Namun demikian, Hasrat untuk bangkit dari berbagai keterpurukan bagaimanapun tampaknya masih ada dan terus bergelinding ditengah-tengah masyarakat kita, krisis kepercayaan terhadap pemerintahan dan krisis kepemimpinan yang disinyalir sebagai salah satu factor semakin bergelindingnya berbagai problematika kian hari kian bergeser menuju titik terang, gelombang reformasipun terus bergulir, tahun demi tahun pergantian kepemimpinan begitu cepat terjadi diluar yang seharusnya, puncaknya terjadi pada tahun 2004, dengan alasan proses demokratisasi bangsa kita sepakat untuk memilih pemimpin secara langsung, semua rakyat dengan status apapun memiliki kedudukan yang sama, satu hak suara untuk menentukan pemimpinnya, seorang profesor dan seorang kiayi sekalipun hak suarnya sama dangan seorang pemulung jalanan, pesta demokrasi baru yang merupakan pengalaman perdana bagi bangsa kita tergolong sukses, pemilihan orang nomor satu di negeri ini berjalan dengan baik, yang hasilnya Bapak Susilo Bambang Yudoyono dan Muhammad Jusuf Kala muncul sebagai pasangan yang banyak di pilih oleh rakyat dan akhirnya ditetapkan serta dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden NKRI, Tumpuan harapan adanya perubahan dinegeri ini ke arah yang lebih baik bertumpu pada pasangan SBY dan MJK, Program 100 hari pun menjadi focus perhatian masyarakat.

Namun, belum genap 100 hari, berbagai persitiwa telah banyak menghiasi catatan pemerintahan baru, dari mulai ditangkapnya beberapa pejabat dan mantan pejabat akibat tuduhan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalan tol Jagorawi, Peristiwa terperosoknya mobil anggota DPR RI di Yogyakarta, Peristiwa kecelakaan pesawat Lion Air, Peristiwa dideportasinya ribuan TKI illegal yang bekerja di Malaysia, Peristiwa jatuhnya Helikopter di Papua, Gempa bumi yang terjadi di Nabire, Gerakan Sparatis Aceh yang tidak kunjung selesai, sampai gempa bumi yang disusul serangan gelombang tsunami yang mengakibatkan puluhan ribu warga Aceh dan Sumatra Utara kehilangan keluarga dan hartanya bahkan nyawanya (Red. Meninggal)

Peristiwa Gempa Tektonik dan Gelombang Tsunami yang menyerang Nangru Aceh Daarussalam pada tanggal 26 Desember 2004 dan di Sumatra Utara menjadi antiklimaks dari serangkaian peristiwa yang menimpa Bangsa Indonesia, Makna apa yang bisa ditarik dari serangkaian musibah yang menimpa Negara kita, tentunya tergantung dari sudut mana kita memandang. Ada yang memandang sebagai bencana, ada yang memandang sebagai ujian, bahkan ada yang memandangnya sebagai adzab, namun demikian awal yang baik dalam memandang setiap musibah adalah dengan menjaga husnudzan atau berbaik sangka, ketika musibah dipersepsikan sebagai bencana, maka tidak akan jauh-jauh hasilnya, orang akan merasakan kesengsaraan, justru karena ia mempersulit diri dengan asumsinya tentang musibah tersebut, segala sesuatunya dikeluhkesahkan, disesali, diratapi sehingga membuatnya terus terpuruk. Ketika musibah dipersepsikan sebagai adzab, tentunya akan memberikan nuansa muhasabah yang mungkin terjadi. Ada kekuatan moral untuk memperbaiki diri, sama halnya ketika musibah di persepsikan sebagai ujian, yang melahirkan kesabaran untuk menjalaninya dan mengupayakan perbaikan diri dalam hidupnya. Yang pasti harus diyakini oleh kita adalah bahwa setiap kejadian pasti mengandung hikmah, namun disayangkan terkadang sulit untuk menemukan orang yang sanggup menangkap hikmah dari setiap kejadian, apalagi mendapat pelajaran darinya.

Musibah dipersepsikan sebagai ujian ataupun bencana, kahikatanya adalah sebuah nasihat besar bagi manusia, hanya saja orang yang persepsi awalnya sudah negatif akan kesulitan menangkap nasihat dari hadirnya musibah, bagaimana tidak ? ia sendiri telah terperangkap oleh pikiran buruknya, hingga ia lebih banyak mengutuk, meratapi, mengkambinghitamkan orang lain, bahkan Allah, Na’udzubillah, Maka hilanglah waktu untuk berpikir tentang pelajaran apa yang bisa ia ambil darinya.

Terkait dengan ujian ini Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155 bahwa “Sesungguhnya kami akan uji kalian dengan suatu cobaan berupa ketakutan, kelaparan, kekurangn harta, jiwa dan buah-buahan, berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” selain melalui surat Al Baqarah, Allah pun menjelaskan dalam Qur’an surat Al Ankabut ayat 2-3 bahwa “Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan “ Kami beriman” sedang mereka tidak duji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan benar-benar Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui pula orang-orang yang dusta” bahkan Allah menjelaskan pula dalam hadist Qudsinya “ Allah berfirman kepada Malaikat-Nya “Pergilah kepada hambaKu, lalu timpakan bermacm-macam ujian kepadanya Karena Aku mau mendengarkan suaranya” (HQR Thabrani)

Merujuk pada ayat-ayat diatas bisa kita tarik benang merahnya bahwa musibah berupa ujian dengan segala bentuknya sudah merupakan sunnatullah, tidak ada suatu kuasapun yang dapat mengatasi kudrat dan irodat Allah, hal ini dipertegas dalam Firman Alah surat Yasin ayat 82 bahwa “Hanya urusan Allah itu bila ia mengehendaki mengadakan sesutu Ia berkata : Jadilah engkau, lalu terjadilah ia”, Orang yang beriman akan mengenal karakter ini, bahkan orang yang beriman akan meyakini lebih jauh bahwa satu-satunya yang sangup melindungi dan memberikan pertolongan hanyalah Allah, Hasbunalloh wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wani’mannasir. Cukuplak Allah sebagai penolong dan Allah sebaik-baik pelindung (Q.S Ali Imran :173).

Dalam Al Qur’an banyak kisah mengenai kekuatan dan kekuasaan Allah, ketika zaman Nabi Nuh umpamanya terjadi banjir besar mengakibatkan kawasan yang didiami kaum Nuh tenggelam dalam banjir besar dan semua kaum mati lemas, kecuali mereka yang beriman saja terselamatkan. Kemudian pada zamn Nabi Musa, kaum Firaun ditenggelamkan oleh Sungai Nil, Ummat Nabi Luth ditengelamkan bumi, Kaum Aad dan Tsamud pula dilanda ribut taufan yang memusnahkan tanaman, ternak dan harta benda yang tidak ternilai banyaknya, Ummat Nabi Muhammad juga tidak ketinggalan menerima pembalasan walau bencana yang dikenakan ke atas mereka lebih ringan jika dibanding ummat Nabi terdahulu.

Aneka musibah yang datang silih berganti seperti halnya yang terjadi pada Negara Indonesia dewasa ini, bagi yang beriman merupakan petunjuk agar kita mau berpikir dan mengambil pelajaran, dan Allah swt telah menurunkan aneka musibah ini tentunya untuk suatu tujuan, musibah adalah lahan pengujian, apakah dalam ujian tersebut seseorang menunjukan pola pikir yang baik atau tidak ? dengan demikian akan terlihat orang-orang yang memiliki keyakinan yang tinggi pada Tuhannya, berbagai musibah yang terjadi terhadap dewasa ini diturunkan Allah swt diantaranya mungkin untuk memberikan pengajaran dan teladan kepada manusia agar insaf dan berhenti daripada melakukan kemungkaran dan maksiat, sebagaimana Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Ar Rum ayat 41 sbb:
“ Telah timbul berbagai kerusakan dan bencana di darat dan di laut dengan sebab apa yang telah dilakukan oleh tangan manusia (timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merasakan mereka sebahagian daripadanya balasan perbuatan yang telah meraka lakukan supaya mereka kembali (insaf dan bertaubat)”
Allah menurunkan berbagai musibah bagi bangsa Indonesia ini mungkin karena bangsa kita sudah terlalu banyak yang tidak menghiraukan seruanNya, bangsa kita mungkin sudah terlalu banyak yang melupakan tujuan utama Allah menciptakan yakni untuk beribadah kepadaNya sebagaimana diungkapkan dalam Qur’an Surat Az-Dzriat ayat 56 bahwa “Dan tidak Aku ciptakan zin dan manusia mealinkan untuk mengabdikan diri kepadaKu (beribadah)” sehingga dampaknya yang terkena bukan hanya mereka yang sudah jauh dari seruanNya akan tetapi mereka yang berimanpun terkena akibatnya, hal ini memang sesuai dengan Hadist Rosululoh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa “Apabila Allah mau menurunkan bala atau bencana ke atas suatu kaum karena terdapat dikalangan mereka melakukan kejahatan dan maksiat, maka azab yang diturunkan menimpa mereka yang beriman dan kufur, Tetapi apabila mereka berada di hari akhirat nanti, mereka diletakan ditempat yang sesuai mengikuti keimanan dan amal kebajikan yang mereka lakukan di dunia”

Musibah yang terus bergulir menimpa negeri Ini, mungkin juga dikarenakan sebagian dari masyarakat kita sudah terlalu banyak berbuat kedhaliman, budaya korupsi yang mengakar dimana-mana merupakan budaya kedhaliman yang sungguh harus menjadi bahan muhasabah kita semua, dari berita-berita ditelevisi seakan kita tidak pernah mendengarkan satu hari saja berita kriminal yang dilakukan oleh masyarakat kita yang tindakanya sudah melebihi binatang dan sangat jauh dari nilai-nilai islam, berita sang ayah yang menggauli anaknya, berita sang anak yang membunuh ibunya sampai peristiwa kanibalisme semakin melengkapi berbagai kedhaliman yang terjadi di negeri ini. Tayangan-tayangan televisi sudah menggiring generasi kita untuk melakukan pergeseran nilai dan pergeseran kebudayan kearah nilai dan budaya jahiliyah dengan baju moderenisasi, sungguh kedhaliman sudah menjadi nilai dan budaya baru yang sebagian orang sudah menggap sbegaai hal yang biasa, Na’udzubillah, padahal Allah swt telah memperingatkan dalam firmanya surat Al Baqarah ayat 59 yang berbunyi “Sebab itu Kami turunkan siksaan dari langit kepada mereka yang melakukan kedhaliman, disebabkan mereka berbuat fasiq” kemudian Allah juga mempertegas dalam surat As Syu’ara ayat 227 yang berbunyi “ Orang-orang yang dhalim akan mengetahui kemana tempat kembali mereka” dan surat Al Anfal ayat 165 yang berbunyi “Kami timpakan siksaan yang dahsyat kepada mereka yang aniaya disebabkan mereka telah berbuat fasiq” jelaslah bahwa bagi ummat yang dhalim Allah akan menimpakan siksaan yang dahsyat, semoga masyarakat kita diberi kekuatan untuk bisa membuka mata hatinya sehingga bisa betul-betul diberi petunjuk mana yang betul-betul haq dan mana yang batil.

Musibah merupakan bagian dari kesulitan hidup, ia juga merupakan bagian dari nuansa kehidupan yang tidak hanya kaya dengan kesulitan, namun juga kaya dengan kebahagiaan, Kadang-kadang orang tidak bersyukur dan terlupakan dengan kebahagiaan yang diraih sebelum datang kesulitan, Mereka terus menyalahkan takdir atau menyalahkan orang lain, mereka lupa bahwa pada saat kebahagiaan datang kepada mereka, tidak satu hal pun yang disyukurinya. Jangankan untuk menghisab diri, dengan datangnya musibah tersebut, menyadarinya sebagai bagian dari sunnatullah dan ujian Allah pun acapkali jarang terjadi, demikianlah orang-orang yang tidak memiliki keyakinan yang ajeg kepada Tuhanya, sementara itu, orang-orang yang beriman mereka tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, mereka yakin dengan janji Allah bahkan pada setiap kesulitan itu diapit oleh kemudahan (Q.S Al Insyirah:6), inilah berita gembira bagi orang-orang yang sabar, karena Allah tidak akan pernah mengingkari janji-janjiNya.

Namun adakalanya orang yang sudah berimanpun akhirnya tergelincir karena kurang sabar. Ketika musibah datang bertubi-tubi, kesabaran pun dianggap sudah mencapai batasnya, Mereka kemudian mencari jalan pintas untuk bisa keluar dari kesulitan. Sebuah ikhtiar seharusnya dilakukan dengan cara yang juga sesuai dengan rambu-rambu sunnatullah, Jika Allah menjanjikan akan datangnya dua kemudahan memang bukan berarti ia datang tiba-tiba dan lantas menyelesaikan permasalahan-permasalahan, akan tetapi harus diupayakan, dicari dan digali.

Musibah merupakan buah dari kehendak Allah swt, Maka pasti Dia juga yang tahu jalan keluarnya, maka tidak ada tempat kembali yang utama kecuali kepada Allah semata dikembalikan segala urusan dengan ikhtiar yang maksimal, mudah-mudahan musibah yang datang melanda negeri kita sanggup mendatangkan berjuta hikmah kepada kita dan mengembalikan kita kepada kesadaran bahwa kehendak Allah diatas segala-galanya.

Nikmatilah kesulitan hidup seperti kita menikmati kebahagiaan, karena setelah kesulitan akan datang kemudahan dan kebahagian, waspadalah dan berbekallah karena setelah kebahgaiaan itu akan berganti pula dengan kesulitan atau problematika baru. Karena demikianlah Sunnatullah semoga saudara-saudara kita yang terkena musibah di Aceh dan Sumatra Utara pada khususnya diberikan kesabaran dan ketabahan, Karena Allah telah menyampaikan kabar gembira bagi mereka yang ketika diuji mereka bersabar, diantaranya dalam hadist Qudsi yang berbunyi “ Apabila telah Kubebankan kemalangan (bencana) kepada salah seorang hambaKu pada badanya, hartanya atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari qiamat atau membukakan buku catatan amalanya baginya”( HQR Al Qurdla’I, Ad Dhailami dan Al Hakimut Turmudzi dari Anas r.a), Kemudian Rosulullah juga memberikan penegasan dalam Hadits Nabawinya bahwa “ Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa Kaum Mu’minin pria atau wanita,yang mengenai dirinya, hartanya, anak-anaknya tetapi ia tetap bersabar, ia akan menemui Allah dalam keadaan tidak berdosa” (H.R Turmudzi). dan bagi yang wafat semoga Allah memuliakan mereka di sisi-nya, sedangkan bagi Kita berbagai musibah dengan segala bentuknya harus menjadi bahan muhasabah untuk semakin mendekatkan diri kepada Sang Khaliq Allah swt, Allah telah menyerukan kepada kita untuk memasuki islam secara Kaffah dan sebagai salah satu janjinya diungkapkan dalam surat Al Baqarah ayat 38 yang berbunyi “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya ia tidak akan merasa takut dan tidak pula merasa susah,”, yakinlah dan mari berjuang bersama memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah swt, Sebagai benang merah yang bisa kita tarik dari berbagai musibah yang menimpa, kiranya Allah menimpakan musibah bagi manusia memiliki beberapa tujuan diantaranya sbb :
1. Mengungkapkan hakikat manusia itu sendiri sehingga nampak jelas keikhlasan, kesabarannya dan ketaatanya (ujian keimanan)
2. Membentuk dan menempa kepribadiannya menjadi pribadi yang benar-benar tahan menderita dan tahan uji sehingga melahirkan ummat berbudi tinggi dan luhur
3. Latihan dan pembiasaan sehingga setiap manusia yang diuji dan dicoba akan bertambah shabar, kuat dan cita-citanya dan tetap pendirianya.
4. Membersihkan dan memilih mana orang mu’min yang sejati mana munafiq.
5. Menguji kepekaan sosial muslim yang satu terhadap keadaan muslim lainya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar