Herlan Firmansyah. Lahir di Cianjur pada tanggal 7 juni 1981, ia dibesarkan di lingkungan keluarga sederhana. Kampung Ciwalen merupakan suatu perkampungan tempat ia lahir dan dibesarkan, jarang sekali anak-anak warga kampung tersebut yang mengenyam pendidikan jenjang pertama dan menengah, apalagi pendidikan tinggi. Sebagian besar anak-anak warga kampung tersebut lulusan SD, bahkan tidak sekolah. Namun demikian, orang tuanya berbeda dengan kebiasaan masyarakat sekitar. Spirit untuk menyekolahkan anaknya sangat tinggi. Bahkan bisa dibilang, hanya anak-anaknyalah yang dapat menikmati bangku sekolah sampai perguruan tinggi.
Berwiraswasta merupakan pekerjaan Ayah kala itu, Aku menjalani pendidikan dari SD sampai SMP nyaris tidak ada rintangan. Namun, berbeda halnya ketika Aku mulai beranjak ke SMA. Ketika itu, Ayah sedang mengalami krisis ekonomi internal. Resesi ekonomi, kata itulah yang mungkin tepat dialami oleh Ayah kala itu, Pabrik Minyak Sirih Wangi yang dimiliki Ayah mulai berhenti operasi. Harga prodak minyak wangi mentah sebagai produk akhir hasil penyulingan pabrik milik ayah, turun drastis. Ditambah bahan baku yang mulai sulit diperoleh menjadikan ekonomi Ayah semakin berat dan akhirnya pailit. Ditengah-tengah kondisi ekonomi keluarga seperti itu, masa sekolahku mulai masuk SMA. Nyaris tidak akan melanjutkan sekolah waktu itu. Namun, keputusan Ayah untuk menjual sebagian asset tanah menjadikan Aku bisa menikmati masa-masa SMA.
Masa SMA dengan segala suka dukanya berjalan dengan baik, tiba saatnya Aku menunggu detik-detik kelulusan. Teman-Temanku mulai sibuk mencari informasi masuk perguruan tinggi dan akupun latah. Brosur, leaflet dan sejenisnya yang datang dari perguruan tinggi mulai aku kumpulkan. UGM, STT Telkom dan IKIP Bandung menjadi daya tarik tersendiri kala itu, dengan penuh rasa optimis Aku memegang erat formulir pendaftaran ke UGM, aku pikir aku akan daftar PMDK ke UGM, walaupun kala itu aku tak tahu dimana itu UGM dan dimana itu yogyakarta dan apakah orang tua setuju kalau aku kuliah. Semuanya tak terlintas dalam benakku, yang ku pikir hanya satu, aku ingin kuliah.
Malam sebelum tidur, Ayah dan Ibu berkumpul di ruang keluarga, dengan penuh kekhawatiran, aku memberanikan diri bicara kepada Ayah, bahwa aku ingin daftar PMDK ke UGM. Namun, apa yang terjadi? tanggapan ayah di luar dugaan. Dengan nada tinggi Ayah menjawab, jangan kuliah, tahun ini berat, nanti saja kalau ada uangnya untuk kuliah.
To be continue.....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar