MENIMBANG KEMBALI ESENSI STUDY TOUR
Oleh ANANG, S.Pd
Salah satu kegiatan yang terjadwal rutin setiap tahun di sekolah-sekolah adalah kegiatan Study Tour. Kegiatan ini terjadwal relatif lebih fleksibel, bisa di awal semester ataupun di akhir, bisa menjelang ulangan umum maupun setelahnya. Kegiatan ini sering juga muncul dalam nama-nama yang lain tergantung sekolah yang menyelenggarakannya, misalnya PPL atau Program Pengalaman Lapangan, Karya Wisata, Study Wisata, Study Lapangan dan lain-lain. Jumlah hari pelaksanaannya pun beragam. Ada yang sehari saja; berangkat pagi dan kembali sore hari atau malam di hari yang sama, ada pula yang memakan waktu beberapa hari.
Ragam aktifitas sebagai pengisi kegiatan sangat beragam dan biasanya disesuaikan dengan objek yang dikunjungi. Berikut adalah kegiatan yang biasa menjadi pengisi kegiatan Study Tour. Pertama, Penelitian Langsung. Kegiatan penelitian langsung ini merupakan pendalaman kajian materi pelajaran yang tidak bisa secara komprehensif dilaksanakan di sekolah. Kegiatan seperti ini lebih cocok dilaksanakan di tempat umum dan terbuka secara alamiah seperti pantai, hutan atau lokasi tertentu yang secara khusus memberikan wahana untuk kegiatan serupa. Kedua, Diskusi ilmiah. Kegiatan diskusi mungkin sudah akrab bagi para siswa dalam berbagai mata pelajaran. Namun akan berbeda keadaannya ketika mereka langsung bertemu dengan pakar dibidangnya. Antusias siswa relatif akan berbeda saat bertemu dengan dokter untuk bicara kesehatan, bertemu seorang arkeolog, astronom, sastrawan, ekonom dan pakar keilmuan lainnya.
Ketiga, Berdiskusi dengan pakar. Lokasi kunjungan yang tepat untuk kegiatan ini adalah tempat yang secara khusus menjadi pusat para ahli beraktifitas. Contoh tempat kunjungan paling mudah adalah objek Planetarium Boscha yang berlokasi di Lembang, Bandung Utara. Keempat, Gerakan Cinta Lingkungan. Kegiatan ini biasanya merupakan kegiatan tambahan atau penutup pada kegiatan penelitian langsung. Secara teknis bentuknya bisa berupa penanaman pohon, pelepasan satwa liar atau dilindungi dan langka ke alam luas, atau tindakan lain yang tujuan utamanya adalah menanamkan kesadaran pada siswa akan pentingnya satu gerakan sebagai wujud kecintaan pada alam dan lingkungan. Kelima, Observasi singkat. Pelaksanaan kegiatan seperti ini cocok untuk dilakukan di tempat yang menjadi pusat kegiatan yang secara teknis terbuka untuk umum atau setidaknya untuk kunjungan ilmiah. Tempat-tempat yang secara khusus memberikan layanan untuk kegiatan ini adalah tempat-tempat yang memiliki laboratorium khusus atau lapangan tempat satu kegiatan khusus dilaksanakan. Beberapa objek yang sudah sekian lama melayani kegiatan serupa adalah Balai Inseminasi Buatan atau BIB yang merupakan tempat penyemaian semen atau benih sapi unggul yang berlokasi di Lembang, Bandung. Selain itu ada pula BATAN, BIO FARMA yang berlokasi di Kota Bandung.
Keenam, Study Wisata. Sering muncul kerancuan ketika study tour berbentuk kunjungan pada objek wisata tertentu tanpa bimbingan yang wajar. Hal ini sering terjadi ketika sekolah menjadikan objek kunjungan berupa objek wisata umum. Sekalipun tidak dikatakan kegiatan ini tidak bermanfaat sama sekali, namun jika saja kegiatan tersebut dilaksanakan lebih terarah maka hasilnya akan maksimal. Kegiatan seperti ini biasanya hanya berakhir dalam kepuasan sesaat dan kelelahan berkeliling dan berbelanja yang secara akademis kurang begitu mengena.
* * *
Study Tour merupakan kegiatan yang membutuhkan dana tidak kecil dan biasanya hal ini sepenuhnya dibebankan kepada orang tua siswa. Biaya ini dibebankan kepada mereka untuk menutupi biaya perjalanan atau travel, masuk objek tujuan, penginapan saat harus bermalam, dan konsumsi dalam bentuk makan berat dan ringan dan pengeluaran insidental lain. Beberapa sekolah yang cukup kreatif merancang kegiatan dan memiliki sumber dana yang memadai dalam, sering menawarkan ragam asesoris dan oleh-oleh sebagai buah tangan perjalanan.
Kegiatan yang dilaksanakan atas nama Study Tour ini memberikan banyak sekali manfaat jika dikelola dengan baik dan penuh tanggungjawab. Kegiatan yang biasa dilaksanakan ketika para siswa membutuhkan sedikit relaksasi di tengah-tengah kegiatan sekolah yang melelahkan ini pun cukup mengundang minat para siswa untuk turut berpartisipasi. Ditambah dengan iming-iming objek tujuan yang menarik dan menggiurkan. Namun justru disinilah kesalahan yang cukup fatal sering terjadi.
Kegiatan yang memakan biaya relatif tidak kecill ini hanya akan menjadi kegiatan yang tak bermakna dan bahkan terkesan asal dan buang-buang uang saja khususnya bagi orang tua siswa jika tidak diorganisir dengan baik. Hal seperti ini terjadi ketika Study Tour dilaksanakan tanpa bimbingan dan tugas kegiatan yang jelas. Hal yang kerap terjadi adalah ketika siswa hanya dibebankan untuk membuat laporan perjalanan atau makalah. Atau ketika para siswa hanya dibawa ke objek-objek wisata yang secara akademis tidak memberikan peningkatan apa-apa. Selain itu, panitia pelaksana kegiatan yang terdiri dari para guru bidang studi dan wali kelas lebih sibuk memikirkan pilihan objek kunjungan daripada detail kegiatan. Sementara itu para wali kelas pun lebih bersemangat untuk menarik iuran kegiatan daripada merencanakan bimbingan teknis dan kerjasama di lokasi kegiatan.Hal kurang baik lainnya sering terjadi pada saat para siswa harus menghabiskan waktu di penginapan. Waktu malam adalah saat-saat yang rawan yang biasanya para siswa perlu untuk lebih diarahkan dan ditertibkan dengan sangat hati-hati.
Dan pada akhirnya, kegiatan berakhir dalam kelegaan yang nihil. Kegiatan dikatakan sukses ketika tidak terjadi bencana atau musibah. Kegiatan dianggap sukses ketika semua senang, dan lebih buruk lagi ketika study tour selesai tanpa ada evaluasi dan tindak lanjut akademis.
Penulis adalah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
Aktif mengajar di SMA Negeri 2 Kota Sukabumi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar