Menyoal Penguasaan TIK di Kalangan Guru
Oleh : Herlan Firmansyah, S.Pd, M.Pd*)
Kesejahteraan; kata inilah yang senantiasa menjadi wacana tak berujung dikalangan profesi guru, pembicaraan tentang peningkatan kesejahteraan-dalam arti ekonomi- terkadang lebih mendominasi dibanding pembicaraan tentang bagaimana profesionalisme guru yang seharusnya sehingga dapat menjadi solusi ”degradasi nilai moral” dikalangan remaja kita. Pengalaman Penulis menunjukan bahwa tampaknya dikalangan sebahagian guru, terlebih yang sudah mulai masuk kedalam ”fase perang kepentingan” antara idialisme dan pragmatisme, antara tuntutan kesejahteraan keluarga dengan profesionalisme kerja, mereka lebih asik untuk lebih banyak berbicara tentang tema kesejahteraan daripada yang lainya.Tidak bisa dielakan bahwa kata ini pula ”kesejahteraan” yang menjadi salah satu landasan pragmatis terlahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Menurut hemat penulis, terdapat semacam pengetahuan yang tak terungkap (tacit) yang seharusnya diangkat kepermukaan yakni tentang pelebaran makna kesejahteraan bagi para guru, ia bukan hanya dimaknai secara ekonomi, melainkan yang lebih luas dari itu, kesejahteraan intelektual, kesejahteraan wawasan, kesejahteraan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesejahteraan emosional dan yang paling mendasar adalah kesejahteraan spiritual, dalam arti kompetensi dan kapasitas spiritualnya memadai, terkembangkan dan terpelihara sehingga lebih memiliki ghiroh yang kuat dan lebih tulus dalam menuangkan karyanya di dunia pendidikan dan pengajaran serta dapat menjadi uswatun hasanah dalam berucap,bersikapan berprilaku dikalangan Siswa.
Salah satu instrumen kesejahteraan yang ingin diungkap lebih jauh dalam tulisan ini adalah tentang kesejahteraan wawasan guru yang menyangkut penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), terdapat beberapa fenonema yang tidak seharusnya terjadi tentang hal ini. Di satu sisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah banyak melahirkan perangkat-perangkat media, baik sofhware maupun hardware yang canggih dan memberikan peluang bagi peningkatan kualitas pelaksanaan proses pendidikan, disisi lain perkembangan kapasitas dan kompetensi guru tampaknya tidak secepat perkembangan yang pertama. Komputer jenis Pentium kini sudah level Pentium 4, bahkan memasuki 5, namun masih ada Guru yang megang komputer saja belum pernah!. Teknologi Internetpun sekarang semakin canggih, dan hal ini akan sangat membantu dalam mendorong wawasan global Siswa, mempermudah akses informasi dan ilmu pengetahuan kontemporer yang lebih terbuka bagi mereka dari sekedar apa yang terdapat dalam buku di Perpustakaan yang terkadang bersifat ”buhun”. Hari gini belum mengenal komputer dan internet ? tampaknya pertanyaan ini perlu menjadi renungan kita bersama, karena sudah menjadi tuntutan dan keharusan.
Fenomena lemahnya penguasaan TIK ”miskin wawasan” dikalangan sebahagian Guru ini, selayaknya menjadi perhatian tersendiri bagi para stakeholder pendidikan khususnya bagi para ”pemberdaya” tenaga pendidik. Hipotesisnya adalah jika guru kurang menguasai TIK maka bagaimana dia dapat memanfaatkan media yang mutakhir itu untuk mendukung lebih profesionalnya pelaksanaan profesi keguruannya, dan tentunya menutup salah satu peluangnya untuk berfikir lebih mutakhir, untuk memenuhi tuntutan administrasi pendidikan saja seperti membuat perangkat silabus, perencanaan pengajaran, membuat modul pendidikan, dan sebagainya tentunya akan kedodoran, lantas bagaimana dengan kapasitas wawasan siswanya nanti?.
Kemutakhiran Internet yang memberikan peluang besar bagi peningkatan kapasitas wawasan global siswa serta menjadi ”kitab terbuka” yang berisikan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan mutakhir, sangat disayangkan jika tidak dijadikan sebagai salah satu perangkat pendukung bagi guru dalam membentuk kompetensi-khususnya kognisi- siswa, tak bisa dielakan bahwa tuntutan dunia perguruan tinggi jika Siswa kuliah dan tuntutan dunia kerja dewasa ini menuntut mereka untuk mengusai hal itu. Serangkaian tugas dari para dosen ketika siswa nanti kuliah menuntut kompampuanya dalam menggunakan komputer dan internet, demikian juga di dunia kerja, jika diamati Job Opportunity yang setiap hari terdapat di berbagai media masa, semuanya mengisaratkan SDM yang menguasai komputer, salah satu upaya untuk menjawab itu tentunya perlu adanya upaya pembiasaan ketika mereka sekolah untuk sering berinteraksi dengan yang namanya komputer dan internet, dan hal ini bukan hanya misi Guru TIK melainkan semua Guru perlu menguasainya dan membiasakannya ketika memberikan tugas bagi para Siswa.
Solusi!, sebaik-baiknya kritik tentunya disertai dengan solusi, fenomena ”miskin wawasan” sebahagian guru tentang TIK ini tampaknya perlu segera dirumuskan pemecahanya, beberapa hal berikut kiranya dapat mejadi alternatif, Pertama; Solusi yang bersifat internal, yakni berangkat dari adanya kesadaran dari gurunya sendiri tentang ketidakmampuanya dan pentingnya penguasaan TIK bagi peningkatan profesionalisme pelaksanaan profesinya. Guru harus menjadi orang yang tahu dalam ketidak tahuanya, Kedua, perlu adanya Diklat TIK secara terprogram dan berkelanjutan bagi para guru. Program-program dari PGRI, KPN, atau bahkan MGMP dapat diarahkan ke hal tersebut. Ketiga perlu adanya fasilitas yang secara khusus disediakan bagi guru untuk mengembangkan kompetensinya dalam bidang TIK, yang disediakan oleh satuan pendidikan masing-masing. Keempat, Program kepemilikan komputer secara kredit atau sebagai bentuk hadiah dari DIKNAS atau DEPAG bagi para guru yang berprestasi, dan program-program lainya yang mendukung. Demikian tulisan ini dibuat untuk menjadi bahan renungan bagi para Guru dan Stakeholder pendidikan lainya.Semoga bermanfaat.
*) Guru Ekonomi dan TIK MAN Cianjur.
HP.08156116070
e-mail : Juny7_81@yahoo.com
No Rekening : 133-00-0479523-3 BANK MANDIRI Cabang Cianjur a.n Herlan Pirmansyah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar